Kesenjangan Sosial di Indonesia: Dari Tren TikTok ke Realita – Lagi rame nih di media sosial, trend “Kesenjangan Sosial”. Tapi kamu tahu ngga makna dari kesenjangan sosial yang lagi rame dibuat bahan meme dan bercandaan. Actually, kesenjangan sosial itu salah satu masalah real yang kita hadapi di masyarakat loo. Yuk kita utas!
Trend ini muncul dengan beredarnya cuitan netizen tik-tok yang cukup bikin ketawa mengenai kesenjangan sosial yang mereka alami. Akan tetapi hal ini juga membuat kita berpikir ternyata banyak orang yang mengalami isu ketimpangan ekonomi ini. Nih aku kasih contoh..
“aku bisik-bisik ya takut kedengaran”
“tutup aja pintunya”
“kamarku ngga ada pintu”
Atau gini…
“kamu ga mandi?”
“nanti mama lagi mandi”
“KAMAR MANDI KAMU SATU”
#KESENJANGAN SOSIAL WKWKWK
Apa itu Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial merupakan ketidakseimbangan dalam akses sumberdaya seperti pendapatan, pendidikan, kesehatan atau infrakstruktur antara kelompok masyarakat. Mengutip dari (Syawie M, 2011) kesenjangan sosial adalah suatu keadaan atau kondisi yang tidak seimbang dalam kehidupan bermasyarakat dimana terdapat ketidakadilan atau ketidaksetaraan berbagai hal yang penting dalam suatu masyarakat.
Kesenjangan yang lebar tak hanya berakibat pada ekonomi, tetapi juga amat besar dampaknya terhadap kondisi psikologi bangsa. Maka boleh dikatakan bahwa “kesenjangan adalah kerawanan yang besar”. Substansi dari kesenjangan adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi. Masalah kesenjangan adalah masalah keadilan, yang berkaitan dengan masalah sosial
Kesenjangan sosial juga berkaitan dengan ketimpangan sosial. Di Indonesia ketimpangan sosial terlihat pada aspek ekonomi yang terlihat pada pendistribusian pendapatan yang masih timpang. Akses pendidikan hingga fasilitas insfrakstruktur negara yang kurang merata. Contoh sederhana ada yang memakai jaringan Wi-Fi 5G misalnya dan ada yang masih kesulitan sampai mencari sinyal di bukit. Ada yang mendapatkan akses pendidikan yang layak dan ada yang masih belajar di bawah pohon bahkan.
Trend Tik-tok

Kalau kamu sekarang buka media sosial, pasti pernah melihat fyp konten yang ngebandingin gaya hidup “orang kaya vs orang biasa” Misalnya satu sisi pamer rumah minimalis dengan AC, satu sisi lain nunjukkin kipas butut. Atau dialog dua orang misalnya Lu punya Netflix? Gw Punya TV Tabung dll. Konten ini muncul sebagai fyp dan dikemas dengan humor yang relatable. Tapi dibalik tawa itu semua ada pesan bahwa ketimpangan sosial itu nyata dan terjadi di sekitar masyarakat kita.
Realita Kesenjangan Sosial di Indonesia
Kesenjangan sosial yang sudah dijelaskan di atas mencakup bebebrapa aspekdiantaranya
Ekonomi: Pengeluaran rumah tangga di Jakarta bisa 3-4 kali lipat dibandingan di daerah pedesaan
Pendidikan: Banyak anak di daerah pelosok yang kurang bahkan tidak punya akses pendidikan yang layak, sementara di kota semua meadai bahkan les privat sudah lumrah
Infrakstruktur: Jalan mulus, internet cepat ngga kaya di desa-desa
Mengapa Kesenjangan Sosial Terus ada?
Ada beberapa penyebabnya:
- Ketimpangan akses pendidikan: Tanpa pendidikan yang merata, sulit buat orang dari kelompok miskin naik kelas sosial.
 - Struktur ekonomi: Banyak pekerjaan di sektor informal dengan gaji rendah, sementara sektor formal didominasi kelompok tertentu.
 - Kebijakan yang kurang merata: Pembangunan infrastruktur sering fokus di kota besar, ninggalin daerah terpencil.
 
Tapi, bukan berarti nggak ada harapan. Tren di Tik-tok menunjukkan kalau kesadaran soal kesenjangan sosial mulai tumbuh, terutama di kalangan muda.
Apa yang bisa kita Lakukan?
Dimulai dari diri sendiri: mmulailah dengan sikap empati yang tinggi. Misalnya membantu tetangga yang kesulitan atau bisa melakukan charity untuk masyarakat yangkurang mampu
Mendukung komunitas lokal: Membeli produk UMKM dan ikut kegiatan sosial di daerah kamu
Manfaatkan media sosial: Buatlah konten edukatif yang fun dan membangun kesadaran sosial
Dorong kebijakan: Dukung penuh program pemerintah atau NGO dalam pemerataan pendidikan dan ekonomi.
Konsep Kesenjangan Sosial Karl Marx
Kesenjangan sosial, Marx menjelaskan bahwa dalam stratifikasi sosial terdapat tiga unsure pokok, yaitu: kelas, status dan pengaruh. Dalam penjelasanya, tiga unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Kelas
Kelas adalah ranking sosial dalam masyarakat yang diukur berdasarkan faktor-faktor dan nilai-nilai ekonomi. Secara khusus dalam hal ini, Marx membagi kelas menjadi empat kategori antara lain, pertama, kelompok kapitalis merupakan kelompok atau seseorang yang menguasai dan mempunyai alat-alat produksi dan produksi itu sendiri. Kedua, kelas borjuis adalah kelompok yang sejajar dengan kapitalis.
Dikatakan sejajar karena kelompok ini masih mempunyai ketergantungan pada kaum kapitalis lantaran tidak menguasai dan tidak mempunyai alat-alat produksi maupun produk sebagai hasil dari produk itu sendiri. Ketiga, kelas proletariat atau kelompok pekerja kasar merupakan golongan orang-orang yang menjual tenaga kasar mereka kepada kaum kapitalis dengan upah yang rendah. Keempat, Marx juga memasukkan golongan lumpenproletariat yang merupakan kelompok dari orang-orang yang lemah karena system yang ada.
Status
Status adalah ranking sosial yang didasarkan pada prestise, seperti gengsi, maupun martabat dan wibawa yang didasarkan pada tiga kategori seperti pekerjaan, ideologi dan keturunan.
Power
Power merupakan ranking sosial yang diukur dari sejauh mana seseorang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Dalam hal ini, tidak semua orang kaya dan orang berstatus tinggi mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu.
Namun demikian, orang yang mempunyai status dan posisi kelas sosial yang tinggi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mempengaruhi orang lain. Dalam masyarakat yang masih lekat dengan budaya feodal dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, keberadaan power pada umumnya ada pada orang-orang tertentu yang masih dianggap mempunyai status sosial yang tinggi, seperti para keturunan bangsawan, orang-orang kaya, kepala suku dan pemimpin spiritual.
Sedangkan pada masyarakat yang sudah maju, power tidak hanya ada pada orang kaya, keturunan bangsawan, kepala suku atau pemimpin spiritual. Akan tetapi juga dapat ditemukan pada orang-orang yang berpendidikan, bermoral dan etika tinggi, dan pada orang-orang yang terbukti mempunyai rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Ending
Trend kesenjangan sosial yang ada di Tik-tok mungkin bikin kita ketawa, tetapi juga mengingatkan kita buat ngga jadi penonton aja. Kesenjangan sosial di Indonesia adalah realita yang butuh perhatian, dari obrolan ringan sampai aksi nyata. Yuk, mulai dari langkah kecil, karena perubahan besar sering dimulai dari hal sederhana.
Coba cek di sekitarmu!
Penulis: Yusup Nurohman, esais Sosiologi Agama
			
		    
                                
                                











