• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Yusup Nurohman
  • Home
  • Jurnal
No Result
View All Result
  • Home
  • Jurnal
No Result
View All Result
Yusup Nurohman
No Result
View All Result
Home Jurnal

Green Religion, Pesantren dan Revolusi Lingkungan

admin by admin
May 7, 2025
in Jurnal
0
Green Religion, Pesantren dan Revolusi Lingkungan
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Hallo teman-teman, kali ini aku mau membahas suatu topik yang menarik mengenai bagaimana lembaga pendidikan pesantren dalam menghadapi revolusi lingkungan. Tulisan ini aku buat sebagai respons terselenggaranya acara dari PPIM UIN Jakarta yang akan dilaksanakan di bulan juni 2025 mendatang. Jadi kemarin aku baru saja interview dengan pihak pelaksana. Di sana di tanya mengenai misalnya apa saja yang kamu ketahui perihal pesantren dan isu lingkungan. Tulisan ini juga memuat gambaran secara umum mengenai pesantren dan isu perubahan iklim lingkungan yang mencuat di beberapa decade era 20an. Oke tanpa basa-basi yuk simak selengkapnya!

Berbicara mengenai pesantren, tidak lepas dari tantangan yang serius terkait dengan perubahan iklim. Sebagai miniatur mini lembaga sosial masyarakat yang terpandangang. Pesantren berperan sebagai trendsetter dalam menjaga dan melestarikan bumi ini. Hal ini didasari atas pengetahuan dan kesadaran beragama masyarakat pesantren sebagai khalifatul fil ardh, wakil Tuhan dalam memelihara bumi dan seisinya. Sehingga santri juga harus berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kilas balik ke belakang, Bumi sekarang telah dilanda oleh sebuah krisis global karena menyangkut hidup seluruh penghuni bui tanpa terkecuali, melewati batas negara, etnis, ideology, budaya dan agama. Krisis yang dimaksud dalah krisis lingkungan atau krisis ekologi. Wacana mengenai krisis lingkungan dikalangan akademis mulai mengemuka pada tahun 1960-an dengan munculnya beberapa karya populer seperti karya Rahel Carson yang berjudul The Silent Spring pada tahun 1962, Lynn White dengan judul The Historical Roots of Our Ecological Crisis (majalah Science, Maret 1967), dan Tragedy of Commons oleh Garett Hardins, (Desember 1968).

Kita ulik sedikit dari bukunya The Silent Spring, Rahel Carson menjelaskan mengenai beberapa kasus lingkungan hidup yang terjadi dan merenggut banyak korban jiwa. Mulai dari munculnya berbagai penyakit baru yang mengerikan dan kematian hewan yang disebabkan oleh pencemaran dari penggunaan pestisida. Organisme hama dan vektor menjadi resisten terhadap pestisida yang dipakai, sehingga pestisida tidak ampuh lagi memberantas penyakit malaria. Beberapa kasus lingkungan hidup terjadi dan merenggut banyak korban jiwa.

Atas dasar tersebut, maka dibutuhkan kesadaran bagi seluruh lapisan masyarakat menanggapi isu lingkungan ini. Kesadaran ini sudah diawali melalui gerakan global yaitu peringatan “Hari Bumi”, yakni tanggal 22 April 1970, yang diselenggarakan di Amerika Serikat atas inisiatif senator Gaylord Nelson dan Deklarasi Stockholm, Swedia tanggal 5-16 Juni 197222 dan semakin intens sejak konferensi di Nairobi Kenya 1982 serta Konferensi PBB tentang lingkungan di Rio de Janeiro Brasil Juni 1992, maupun pertemuan di Johannesburg (2002).

Dalam pertemuan itu membahas bagaimana alam sudah berada di tingkat kritis karena peradaban industrialisasi modern dan mengakui bahwa perlindungan lingkungan haruslah menjadi unsur pokok dalam perkembangan sosial dan ekonomi. Selanjutnya UNFCC menyelenggarakan KTT perubahan Iklim diantaranya di Kyoto, Indonesia, dan KKT terkini ke-15 di Kopenhagen, 7-18 Desember 2009. Dalam suasana inilah diperkenalkan konsep sustainable development. Konsep ini diharapkan mampu menjadi solusi berbagai permasalahan lingkungan tersebut, baik karena eksploitasi manusia terhadap sumber daya alam yang berlebihan maupun kerusakan lingkungan akibat pencemaran.

Sekarang kembali ke pesantren, Dalam Buku Fiqh Lingkungan memuat laporan EMIS (Education Management Information System) yang mengungkapkan bahwa 78% atau 8.829 pesantren berada di daerah pedesaan (Forest and Media Campaign 2004). Selebihnya, jika ditinjau berdasarkan lokasinya, 2.429 pesantren berlokasi di daerah pertanian dan 1.546 di daerah pegunungan. Sekitar 50% pesantren berada di lokasi daerah permukiman. Terlepas dari secara geografis mayoritas pesantren berada di tengah masyarakat yang rawan menjadi korban kerusakan lingkungan, fakta tersebut juga merupakan potensi besar sebagai agen konservasi dan pusat gerakan ekologis. 

Dari data di atas maka pesantren memiliki ruang untuk menjadi agent of change dalam isu lingkungan ini. Sebagai calon-calon penuntun umat maka pesantren memiliki kewajiban dalam menjawab tantangan ekologis, tetapi juga memimpin revolusi lingkungan dari akar rumput. Kalau dulu muncul jargon Pesantren Resolusi Jihad, sekarang Dari Pesantren Merawat Jagad. Apa saja yang bisa dilakukan Pesantren?

Aksi Gerakan Lingkungan di Pesantren

Aksi gerakan pesantren mengenai revolusi lingkungan sudah diawali oleh tiga lembaga di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yakni Lembaga Zakat, Infak dan Sedekah NU (Lazisnu), Rabithah Ma’had Islamiyah (RMI) NU, hingga Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPPBI) NU menginisiasi Pesantren Hijau. Gerakan ini memiliki standart program untuk melaksanakan aktifitasnya dengan melakukan kajian lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah, konservasi air, konservasi energi plus energi terbarukan, dan penyediaan ruang terbuka hijau.

Gerakan aksi peduli lingkungan di pesantren memiliki potensi besar sebagai agen perubahan sosial di masyarakat. Melalui jaringan ulama, santri dan alumni, program pesantren hijau seperti yang dicontohkan di atas dapat terus dikampanyekan dan menjadi aksi pesantren dalam merawat lingkungan sekitar. Hal ini membawa trend positif, menunjukkan bahwa inisiatif seperti ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan kemandirian ekonomi melalui produk-produk ramah lingkungan, seperti sabun organik atau pupuk kompos.

Pesantren sebagai Laboratorium Ekologi

Pesantren memiliki potensi unik sebagai pusat eksperimen ekologi berbasis komunitas. Program pengembangan kapasitas, seperti pelatihan pengelolaan limbah, sistem irigasi hemat air, atau pertanian organik, dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas sehari-hari. Contohnya, pesantren dapat mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT). Energi baru terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga arus air, proses biologi, dan panas bumi. Pemanfaatan energy ini sangat penting untuk proses berkelanjutan. Energi terbarukan dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan dan efisiensi dalam penggunaan energy yang dipakai secara terus menerus.

Kontroversi dan Hambatan

Mengusung Green Religion tidak selalu mulus. Sebagian pihak mempertanyakan relevansi isu lingkungan dalam kurikulum pesantren. Selain itu, keterbatasan sumber daya, baik dana maupun keahlian, menjadi tantangan nyata. Bagian ini akan menganalisis kritik tersebut dan menawarkan solusi, seperti kemitraan dengan LSM lingkungan atau pemanfaatan teknologi sederhana, untuk mengatasi hambatan.

Peran Kyai dan Ulama

Selain itu, Kyai dan Ulama diharapkan mempunyai peran ganda yaitu melakukan aktivitas penyebaran materi kegamaan dan melakukan pendampingan masyarakat untuk isu-isu sosial seperti korupsi, kolusi, perusakan lingkungan hidup, dan menjadi advokasi terhadap pelanggaran hak rakyat oleh negara seperti kasus penggususran, hakhak perempuan, konflik antar agama, dan problem kemanusiaan lainnya. Dalam konteks inilah seorang Kyai atau ulama harus berperan sebagai kekuatan perantara (intermediary forces) bagi permasalahan sosial ummat, di samping tugasnya sebagai apa yang disebut oleh Clifford Geertz sebagai peran makelar budaya (cultural broker) yang harus menyeleksi dan mengarahkan nilai-nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat.

Kalangan ulama sebagai pihak yang ditokohkan dan diteladani masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam transformasi wacana ekologi Islam, namun demikian ulama tidak dapat berjalan sendiri, karena upaya konservasi lingkungan merupakan perpaduan antara elemen normatif syari’ah dan elemen sains serta teknologi. Oleh karena itu menjadi penting untuk mewujudkan adanya sinergi positif antara ulama dan kalangan ilmuan serta pengggiat organisasi yang bergerak dibidang konservasi lingkungan hidup.

Ending

Tulisan yang berjudul Green Religion: Antara Pesantren dan Revolusi Lingkungan adalah bentuk ekspresi penulis dalam menilai bagaimana Green Religion sebagai manifesto pesantren tidak hanya mampu bertahan di era krisis lingkungan. Akan tetapi juga memimpin revolusi ekologis dengan akar spiritual. Dengan mengawinkan teologi Islam dan aksi nyata, pesantren dapat menjadi teladan bagaimana agama dan lingkungan saling menguatkan. Artikel ini mengajak pembaca untuk melihat pesantren bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi sebagai laboratorium hidup yang menyemai harapan bagi bumi yang lebih lestari.

Semoga tulisan di atas dapat menambah wawasan dan pengetahuan kamu ya, jangan lupa doakan aku bisa lolos dan ikut di kegiatan “Pengembangan Pesantren Ramah Lingkungan” nanti ilmunya aku akan coba share juga di sini. Terima Kasih

Previous Post

7 Cara Menyusun Artikel SEO Supaya Berada di Top 1 Pencarian Google

Next Post

Dari Kampus ke Kampung: Cara UNY Menghidupkan Ilmu di Tengah Masyarakat

admin

admin

Next Post
Dari Kampus ke Kampung: Cara UNY Menghidupkan Ilmu di Tengah Masyarakat

Dari Kampus ke Kampung: Cara UNY Menghidupkan Ilmu di Tengah Masyarakat

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

No Result
View All Result
  • Trending
  • Comments
  • Latest
prompt AI

5 Prompt AI yang Membantu Kamu dalam SEO dan Contoh Artikelnya

August 25, 2025

Belajar ChatGPT, Mengenal Prompt AI Bantu Kamu Lebih Produktif

August 23, 2025
3 Paket Soal TOEFL ITP Bonus AUDIO dan Kunci Jawaban

3 Paket Soal TOEFL ITP Bonus AUDIO dan Kunci Jawaban

May 10, 2025
TOEFL ITP, Pengertian, Fungsi dan Paket Soal Murah

TOEFL ITP, Pengertian, Fungsi dan Paket Soal Murah

August 19, 2025
nu muhammadiyah

NU & Muhammadiyah: Pilar Islam Moderat

0
generation of seekers

Generation of Seekers, Jebakkan Terorisme itu Nyata!

0
belajar sosiologi

Belajar Sosiologi Biar Semua Bisa Ngerti !

0
Kekerasan Seksual di Tubuh Agama (Perspektif Sosiologi Agama)

Kekerasan Seksual di Tubuh Agama (Perspektif Sosiologi Agama)

0
Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

October 20, 2025
Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

August 25, 2025
jurnal pondok

Menyambut Maulid, Merajut Rindu Menata Cinta Sang Kekasih

August 25, 2025
prompt AI

5 Prompt AI yang Membantu Kamu dalam SEO dan Contoh Artikelnya

August 25, 2025

Recent News

Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

October 20, 2025
Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

August 25, 2025
jurnal pondok

Menyambut Maulid, Merajut Rindu Menata Cinta Sang Kekasih

August 25, 2025
prompt AI

5 Prompt AI yang Membantu Kamu dalam SEO dan Contoh Artikelnya

August 25, 2025

Browse by Category

  • AI
  • Copywriting
  • Jurnal
  • Jurnal Pesantren
  • Lomba
  • Produk Digital
  • SEO

Recent News

Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

Sabar Menghadapi Kehidupan (Jurnal Refleksi)

October 20, 2025
Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

Husnudzon Billah dan Hikmah Berbaik Sangka

August 25, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 | All right reserved - YusupNurohman

No Result
View All Result

© 2025 | All right reserved - YusupNurohman