Yo, pernah denger soal New Religious Movement (NRM) alias gerakan keagamaan baru? Di balik vibe spiritualitas kekinian yang ditawarin, ternyata ada bayang-bayang radikalisme yang bikin bulu kuduk berdiri. Dari kelompok yang ngaku bawa pencerahan sampe yang manfaatin filantropi Islam buat agenda tersembunyi, ceritanya gak sesimpel keliatannya. Makanya, penting banget buat kita stay kritis guys. Simak selengkapnya!
Apakah Anda pernah mendengar Lia Eden, Pran-Soeh, Satanisme, ISIS? Ya pasti di beberapa dekade terakhir menjadi gerakan yang cukup menakutkan bukan? Lantas sebenarnya apa yang membuat gerakan tersebut menakutkan dan pengikutnya yang sangat loyal sehingga mau mengorbankan harta jiwa dan raga ketika sudah masuk dalam gerakan tersebut.
Gerakan-gerakan di atas dalam terminologi ilmu Sosiologi Agama adalah termasuk dalam New Religious Movement atau gerakan keagamaan baru. NRM merupakan gelombang baru gerakan keagamaan yang terjadi di Indonesia. Secara sederhana NRM adalah kelompok spiritualitas alternatif atau agama baru yang muncul di abad modern dan terpisah dari agama yang telah mapan di masyarakat.
Gerakan ini merupakan respon dari kemajuan zaman yang sangat cepat. Akan tetapi, dalam implementasinya di Indonesia, gerakan ini menghasilkan pikiran, gagasan dan tindakan radikal yang menyimpang dari tatanan publik. Hal ini dilandasi atas kurangnya dasar fundamental gerakan agama itu sendiri dan tidak jelas sehingga mengancam komitmen penganutnya. Lebih parahnya lagi gerakan keagamaan baru ini dijadikan sebagai alat doktrin-doktrin radikal yang berujung pada bom bunuh diri, peyimpangan norma, dan penyebaran sekte satanisme.
Contoh nyata gerakan keagamaan baru di Indonesia diantaranya adalah kerajaan ubur-ubur, Amanat keagungan Ilahi, Sekte Children of God, Lia Eden, Satrio Piningit Weteng Buwono dll. Gerakan keagamaan tersebut jelas sangat tidak normal di antara agama resmi yang ditetapkan pemerintah di sila pertama Pancasila. Apalagi jika ditelusuri secara mendalam ajaran dan kegiatan di dalamnya sangat jauh dari nilai religius agama resmi dan bersifat radikal, ekstrem dan membahayakan stabilitas kerukunan beragama di Indonesia.
Beberapa Kasus

Kita ambil contoh misalnya Lia Eden. Gerakan keagamaan ini mengkultuskan bahwa Lia Eden adalah setara dengan Nabi. Kultus ini mengalami demonisasi yang dianggap sebagai gerakan menyimpang sehingga setara dengan pemujaan setan. Inilahbibit-bibit gerakan satanisme yang memunculkan berbagai adat, kegiatan, ritual dan pemikiran radikal di Indonesia.
Contoh lainnya adalah pada gerakan keagamaan baru amanat keagungan Ilahi. Gerakan ini tidak hanya radikal secara pemikiran, gagasan dan ide saja. Tetapi perbuatan dan kegiatannya adalah perbuatan tercela yang menyimpang dari hukum dan tatanan norma di masyarakat. Aliran ini setiap kali mengaji dilakukan di malam hari dimana lampu rumah pemimpin aliran sesat ini selalu dimatikan. Selain itu ada kewajiban untuk pengikut wanitanya untuk bersetubuh dan mendoktrin dengan embel-embel dzikir sebagai doktrin bejatnya.
Dari beberapa kejadian nyata di atas, New Religious Movement atau gerakan keagamaan baru dapat di asumsikan dengan gerakan radikalisme agama. Diketahui secara definisi radikalisme adalah pandangan yang keras, ekstrem, menyimpang dan bertentangan dengan nili-nilai ideologi negara dan agama yang diatur dalam hukum dan dasar negara. Gerakan keagamaan baru ini bisa diindikasikan sebagai jalan masuknya kelompok-kelompok radikal. Sejalan dengan NRM ini, kelompok radikal juga menggunakan agama sebagai alat untuk memengaruhi dan merekrut pengikut yang masih awam.
Salah satu faktor yang mempermudah masuknya ideologi radikalisme melalui gerakan keagamaan baru adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang terkandung di dalamnya. Banyak orang yang terlibat dalam gerakan keagamaan baru tanpa menyadari bahwa meraka terlibat dalam aktivitas yang mendukung ideologi radikal. Selain itu, karismatik kepemimpinan tokoh juga ikut mendukung kuatnya akar radikal, mereka terpesona akan retorika yang menarik serta janji-janji yang diluar nalar. Contohnya “jika melakukan bom bunuhdiri itu adalah jalan jihad mati syahid”
Perspektif lain, dalam konteks Indonesia beberapa dekade kebelakang kita melihat kasus fenomena Al Zaitun dengan pemimpinnya Panji Gumilang bisa dikategorikan sebagai indikasi gerakan keagamaan baru. Terlihat di beberapa parktik hingga ideologi yang dibangun tidak lazim. Meskipun belum ada indikasi keekstreman, tetapi beberapa kegaiatan keagamaan yang dibangun sudah menyimpang dari aqidah masyhur di Indonesia.
Fenomena lain, adanya manusia yang mengaku sebagai nabi ke-26 yaitu Paul Zhang. Jelas-jelas ini tidak masuk akal. Hal itu membuat saya keheranan, tetapi yang lebih mengherankan lagi adalah banyak yang percaya dan ada pengikutnya. Entah perjalanan spiritualitas macam apa yang mereka lalui. Sehingga mendeklarasikan diri sebagai orang suci, penyelamat semesta. Pernyataan tersebut dia sampaikan dalam kanal Youtube miliknya sendiri. “Yang bisa laporin gua ke polisi, gua kasih uang lo. Yang bisa laporin gua penistaan agama, nih gua nih nabi ke-26, Josep Fauzan Zhang, meluruskan kesesatan ajaran nabi ke-25 dan kecabulannya yang maha cabululllah,” Diikutip dari kompas.com
Beberapa fenomena di atas jika dipetakan terjadi oleh beberapa faktor. Pertama adanya perkembangan teknologi dan media sosial yang secara cepat memperluas agenda radikal. Melalui berbagai platform, kelompok radikal dengan mudah mempropaganda kepada khalayak luas tanpa diketahui siapa mereka dibaliknya. Mereka menarik kalangan muda karena rentan terhadap pengaruh mereka.
Lalu di era disrupsi sekarang ini perubahan masif tubuh agama juga menjadi sumbangsih terhadap munculnya gerakan keagamaan baru. Contohnya banyaknya aliran kepercayaan hingga tokoh-tokoh agama yang beragam. Ada aliran NU, MU, Persis, LDII, aliran nusantara, aliran Habib, Salafi, kejawen dll. Hal ini membuat masyarakat mempertanyakan apa yang harus mereka percayai. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali dieksploitasi untuk menghasilkan perubahan dan mengesampingkan makna esensi agama.
Dampaknya apa? Dampak yang paling nyata adalah dogmatisme, terbentuk kelompok yang maunya memegang teguh skripturalisme agama. Menerjemahkan agama secara leteral. Sehingga banyak yang terjebak pada agama yang praktis, agama yang instan dan dimanfaatkan oleh tokoh yang berkedok agama. Inilah cikal bakal kelompok radikalisme.
Peristiwa nabi palsu hingga Panji Gumilang membuka pandangan baru dalam masyarakat. Dimasa zaman yang ditandai dengan pesatnya dunia mistik-spiritual dalam kehidupan sosial manusia modern, maka masyarakat harus berhati-hati dan memfilterisasi ideologi, dogma dan aliran yang ada dalam masyarakat. Ditengah silaunya teknologi dan informasi masyarakat juga harus bijak memanfaatkan dan memilah media yang ada. Sehingga fenomena radikal di masyarakat tidak terjadi lagi.













